fisika dan masa depan
Sabtu, 21 Mei 2011 - Bintang
lahir setelah gas-gas di awan molekul antar bintang menumpuk selama
sepuluh juta tahun. Ia lahir ketika suhu dan kepadatan bagian pusat
tumpukan ini cukup besar untuk memulai reaksi fusi hidrogen menjadi
helium. Energi nuklir dalam jumlah besar terlepas dan tekanan gas
tambahan menghentikan kontraksi lebih lanjut. Dalam bagian terdalam
keseimbangan pusaran antara gravitasi dan tekanan inilah bintang muncul.
Demikianlah
lahirnya matahari kita, salah satu bintang dari sekian banyak bintang
di alam semesta. Tapi ia tidak akan selamanya demikian. Suatu saat,
sekitar 5.5 miliar tahun akan datang, matahari akan mengembang menjadi
raksasa merah dan memanggang Bumi, sebelum akhirnya ia sendiri menjadi
cebol putih.
Kiamat
Mungkin
kita di masa depan akan bermigrasi ke bintang lain atau tata surya lain
ketika matahari kita berperilaku demikian. Walaupun begitu, ini tidak
mungkin dilakukan selamanya. Bintang baru masih terbentuk, namun
hidrogen di galaksi kita hanya akan bertahan untuk sekitar 100 juta
bintang baru lagi. Bintang yang terakhir lahir di pinggiran Bima Sakti,
mungkin lahir dari picuan tumbukan dengan galaksi lain. Di suatu waktu,
dalam 10 triliun tahun akan datang, masa cahaya bintang akan berakhir.
Cebol putih terakhir akan mendingin dan tidak akan ada lagi bintang yang
bersinar.
Kondisi demikian dapat
dikatakan kiamat, karena tidak ada lagi harapan kemunculan cahaya.
Semuanya gelap gulita. Kehidupan lenyap dan tidak akan muncul kembali.
Walau begitu, gambaran diatas adalah gambaran kasar yang tidak pasti.
Ketidakpastian masa depan kita didasari oleh dua hal dasar dalam sains :
Chaos dan Mekanika Kuantum.
Ketidakpastian Ramalan
Chaos
Chaos
membatasi deskripsi alam secara kualitatif menggunakan presisi
matematis. Karakter chaos alam juga memperendah harapan tertentu yang
dimunculkan sejak zaman Pencerahan, ketika alam semesta digambarkan
sebagai sebuah mesin di mana bagian-bagiannya disusun seperti roda jam,
sesuai desain tertentu. Bila sebuah roda berputar dalam sudut
tertentu, yang lain berputar dengan jumlah yang sesuai. Bila roda
pertama berputar dua kali lipat sudut tersebut, roda kedua juga berputar
dua kali lipat. Pandangan alam semesta seperti ini bersifat linier dan
tidak menjelaskan pandangan sains masa kini pada dunia kita.
Mekanika Kuantum
Batasan
lain pengetahuan ilmiah pada masa depan adalah ketidakpastian sistem
mekanika kuantum. Karena posisi dan kecepatan tidak dapat diketahui
sekaligus dan dengan ketelitian tak terhingga, perkembangan di masa
depan hanya dapat diramalkan berdasarkan probabilitas. Dalam mekanika
kuantum, dasar utama fisika modern, realitas termaterialisasi ketika
interaksi tak balik terjadi, seperti pengamatan. Apa yang ada di masa
depan sendiri masih belum ditentukan dan baru ditentukan nanti.
Dibandingkan dengan Agama
Sementara
sains mengatakan bahwa kiamat demikian belum tentu terjadi (karena efek
Chaos dan mekanika kuantum), agama mengatakan bahwa kiamat itu pasti
lewat apa yang disebut penjelasan teleologis. Ketika diterapkan dalam
sains, terjadi sebuah konflik yang tidak dapat diabaikan.
Tidak Berpengaruh pada Sains
Penjelasan
teleologis (telos, Yunani untuk ‘akhir, tujuan’) memperkenalkan sebuah
struktur finalitas pada sains. Ia pernah dipandang serius, dan akhirnya
ditolak, namun telah pula menimbulkan banyak emosi dalam kesarjanaan
rasionalistik. Hukum baru akan menjelaskan kecenderungan pada alam
semesta yang memungkinkan kehidupan muncul, sama dengan karakteristik
energi konstan. Berbeda dengan kekekalan energi, dimana tidak ada
pengecualian yang terbukti ilmiah selain efek-efek kuantum sementara,
karakter finalitas ini hanya menjamin kebutuhan kondisi awal kehidupan.
Tidak mungkin pandangan ini akan menemukan konsensus dari hukum alam
lainnya yang telah dinikmati fisika. Walau begitu, finalitas bukanlah
hal aneh dalam struktur analitis fisika sebab akibat. Hukum kedua
termodinamika mengandung finalitas dengan penekanan pada masa depan –
peningkatan entropi – tanpa ada basis sebab akibat. Proses pengaturan
diri memiliki sebuah penarik atau tujuan yang secara mandiri menyusun
arah. Ia memberikannya arah menuju proses mikro sebab akibat yang naik.
Finalitas memang tidak bertentangan dengan sebab akibat dan tidak
mempegaruhi sains dalam tugasnya menemukan sebab akibat individual dari
sebuah peristiwa.
Bersifat Subjektif
Pengukuran
dan pengamatan ilmiah harus dapat direproduksi dan objektif.
Penelitinya dapat ditukar namun hasilnya akan tetap sama. Dalam persepsi
agama, justru sebaliknya, manusia selalu terlibat. Ini tidak berarti
murni subjektif, persepsi ini sering kali berhubungan dengan entitas
luar. Persepsi demikian bersifat universal bagi manusia dan mengubah
hidup banyak orang secara nyata dan sangat positif. Jika realitas
menentukan efek apa yang berkelanjutan pada hidup yang nyata, perubahan
ini merupakan saksi realitas yang dialami. Manusia secara langsung ambil
bagian dalam proses persepsi dan merupakan instrumen pengamatan.
Karenanya pengamat tidak dapat ditukar, seperti dalam kasus pengalaman
seni. Sifat persepsi inilah yang menjadi titik awal perbedaan sains dan
agama. Kedua bidang ini mengalami realitas yang membentang pada
metodologi dan bahasa yang berbeda.
Harapan dari Fakta Ilmiah
Harapan
atas sesuatu yang baru adalah salah satu dari beberapa pola penafsiran
tanda-tanda waktu. Bila kita hidup dalam pola ini, perkembangan masa
lalu alam semesta kita dapat menjadi sebuah metafora untuk masa depan
eksistensi kita. Lebih jauh, dengan menafsirkan fakta ilmiah, mereka
dievaluasi pada basis pengalaman tambahan. Fakta ilmiah muncul dalam
perspektif lain dan dalam cahaya baru: alam semesta terungkap sebagai
proses penciptaan berkelanjutan, bukannya tragedi kematian terus
menerus.
sumber : http://www.faktailmiah.com/2011/05/21/kiamat-dari-sudut-pandang-sains.html
telaah tentang kenyataan atau fenomena terkadang jika dikaji dalam sebuah teori fisika membutuhkan suatu pangandaian dan idealisasi. sebenarnya tidak ada selisih antara teori dengan fakta, namun karena faktor untuk mempermudah perhitungan dsb, maka terkadang hasilnya berbeda.